Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa tambang bukanlah penyebab bencana banjir dan longsor yang terjadi di Sumatera Barat. Namun, ia masih menyelidiki apakah kegiatan pertambangan turut berkontribusi terhadap bencana serupa di Aceh dan Sumatera Utara.
“Kalau di Sumatera Barat, itu tidak ada. Di Aceh pun kita lagi melakukan pengecekan. Kalau di Sumut, tim evaluasi kita lagi melakukan evaluasi. Jadi nanti setelah tim evaluasi, baru saya akan cek dampak dari tambang ini ada atau tidak,” ujar Bahlil di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (4/12).
Bahlil menjamin bahwa pemerintah akan bertindak tegas terhadap perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) mana pun yang terbukti melakukan pelanggaran.
“Tetapi saya pastikan, kalau ada tambang atau IUP yang bekerja tidak sesuai dengan kaidah aturan yang berlaku, kita akan memberikan sanksi tegas,” ucapnya.
Mengenai dugaan bahwa tambang emas di Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, turut memperburuk banjir dan longsor, Bahlil menyatakan sudah meninjau lokasi.
Ia mengeklaim bahwa tambang tersebut menghentikan operasi sementara guna memprioritaskan bantuan bagi para korban bencana.
“Nah, (Tambang) Martabe itu di Tapsel. Saya kemarin juga mengecek lokasi itu, di Martabe ini tambang emas. Kalinya, sungainya itu kan ada tiga,” kata dia.
“Ada tiga kali gede, sama kali yang kena banjir ini kali yang sedangnya, yang tengah. Kali yang di Martabe ini yang paling kecil. Tim tambang tetap melakukan evaluasi sampai sekarang. Kemarin saya juga cek, tapi tim kami lagi mengecek sampai selesai baru kami memutuskan,” pungkasnya.
