Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkap pembicaraan damai dengan para negosiator Amerika Serikat mengenai upaya mengakhiri perang di Ukraina sangat penting. Namun, menurutnya tuntutan maksimal dan ambisi teritorial menghambat tercapainya solusi.
Menjelang kunjungannya ke New Delhi pada Kamis (4/12), Putin mengatakan kepada India Today TV bahwa ia berencana merebut kendali wilayah Donbas di Ukraina dengan paksa.
“Intinya adalah ini: apakah kami akan membebaskan wilayah tersebut dengan paksa, atau pasukan Ukraina yang akan meninggalkan wilayah itu dan berhenti bertempur di sana,” katanya dalam wawancara yang diberitakan oleh kantor berita negara, Tass, pada Kamis dilansir Aljazeera.
Putin mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina pada Februari 2022 setelah delapan tahun pertempuran antara separatis yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina di Donbas, yang mencakup wilayah Donetsk dan Luhansk.
Tekad barunya untuk merebut wilayah tersebut tampaknya membuyarkan pernyataan sebelumnya dari Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan bahwa Witkoff dan Kushner beranggapan bahwa pemimpin Rusia itu ingin “mengakhiri perang”.
“Kesan mereka sangat kuat bahwa dia ingin membuat sebuah kesepakatan,” kata Trump.
Pernyataan Putin itu muncul di tengah laporan bahwa utusan khusus Witkoff dan menantu Trump, Kushner, akan bertemu negosiator utama Ukraina, Rustem Umerov, di Florida pada Kamis sebagai tindak lanjut dari lima jam pembicaraan di Moskow pada Selasa.
Pada awal pekan ini Putin bertemu utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, bersama menantu Trump, Jared Kushner, di Moskow.
Pertemuan berlangsung lima jam. Setelah pertemuan, Kremlin menyebut belum ada konsensus terkait penghentian perang Ukraina. Padahal Witkoff dan Kushner khusus datang ke Moskow membahas akhir perang Ukraina.
