Harga emasdunia mencetak rekor tertinggi untuk pertama kalinya mencapai USD 4.200 per ounce, Rabu (15/10). Angka tersebut menambah panjang reli emas dan meningkatkan harga sebesar 60 persen sepanjang 2025.
Harga emas spot naik 1,3 persen menjadi USD 4.195,35 per ounce pada pukul 17.57 GMT, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD 4.217,95. Sementara, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,9 persen menjadi USD 4.201,60.
Analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, mengatakan bahwa harga emas sedang naik daun dan tampaknya tak ingin berhenti. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya kembali ketegangan perdagangan AS-China dalam beberapa hari terakhir.
“Investor memiliki lebih banyak alasan untuk melindungi nilai saham jangka panjang mereka dengan melakukan diversifikasi ke emas,” kata Fawad, dikutip dari Reuters, Kamis (16/10).
Fawad menambahkan, kenaikan harga emas juga didorong oleh pertemuan sejumlah faktor termasuk kekhawatiran penurunan suku bunga The Fed, pembelian bank sentral, de-dolarisasi, serta aliran dana yang kuat ke reksa dana berbasis emas (ETF).
Nilai dolar AS tercatat melemah terhadap sejumlah mata uang utama setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan pernyataan bernada dovish pada Selasa. Ia menyebut pasar tenaga kerja AS masih berada dalam kondisi lesu dengan perekrutan dan pemutusan kerja yang rendah.
Emas dianggap sebagai lindung nilai tradisional terhadap ketidakpastian dan inflasi, dan juga tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Para pedagang memperkirakan kemungkinan 98 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan pemangkasan berikutnya pada Desember bahkan sudah sepenuhnya diperhitungkan oleh pasar.
Menambah sentimen kekhawatiran, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS sedang mempertimbangkan untuk memutuskan beberapa hubungan dagang dengan China setelah kedua belah pihak memberlakukan biaya pelabuhan yang saling balas minggu ini.
Pasar juga mengamati penutupan pemerintah AS, yang telah menghentikan data resmi dan dapat mengaburkan pandangan para pembuat kebijakan di luar negeri.
Sementara itu, harga perak tercatat naik 2,3 persen menjadi USD 52,64, menyusul rekor tertinggi hari Selasa di USD 53,60.
Ahli strategi senior di Pepperstone, Michael Brown, mengatakan bahwa lonjakan harga perak didorong oleh pasokan London yang ketat, ditandai oleh backwardation yang ekstrem dan rekor harga sewa. Namun, menurut dia, reli perak bisa berbalik arah dengan cepat jika ketersediaan kembali normal.