Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar mencapai Rp 9.657,1 triliun per Agustus 2025. Angka tersebut tumbuh 7,6 persen secara tahunan atau year on year (yoy), dan lebih tinggi dibanding dibanding pertumbuhan pada Juli 2025 sebesar 6,6 persen yoy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan pertumbuhan tersebut didorong oleh uang beredar sempit (M1) sebesar 10,5 persen yoy dan uang kuasi sebesar 5,6 persen yoy.
“Perkembangan M2 pada Agustus 2025 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus),” jelas Ramdan Denny
Ramdan Denny mengatakan aktiva luar negeri bersih pada Agustus 2025 tercatat sebesar Rp 2.024,9 triliun, tumbuh sebesar 10,7 persen secara tahunan. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,3 persen yoy.
Kredit yang disalurkan perbankan pada Agustus 2025 tumbuh 7,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya sebesar 6,7 persen (yoy). Selain itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) tumbuh sebesar 5,0 persen (yoy), setelah pada Juli 2025 terkontraksi sebesar 6,2 persen.
BI juga mencatat Uang Primer (M0) adjusted tumbuh sebesar 7,3 persen yoy mencapai Rp 1.961,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan capaian sebelumnya sebesar 7 persen yoy pada Juli 2025.
“Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 12 persen yoy dan giro bank umum di Bi adjusted sebesar 8,7 persen,” tutur Ramdan Denny.